You Know That is Not the Only Way!
June 11, 2020

Oke, dengerin ini dulu sebelum terlanjur pilih kedokteran!

The player is loading ...
Dokterpintar

UTBK SBMPTN di depan mata. Yuk move on dari kegalauan kelulusan tahun ini. Tentukan sekarang mau jadi apa? Dokter? Yakin bisa lulus? Harus banget bersaing dengan puluhan ribu calon mahasiswa lain? Simak penjelasan ini sebelum melangkah ya. Tetap semangat! --- Send in a voice message: https://podcasters.spotify.com/pod/show/dokterpintar/message Support this podcast: https://podcasters.spotify.com/pod/show/dokterpintar/support

Transcript

Selamat datang di podcast dokterpintar. Untuk kalian yang ingin tahu bagaimana jadi dokter, atau ada nggak tips-tips selama menjadi dokter, atau kalian ingin kepikiran “bisa ngga gua ngga jadi dokter?”, atau udah terlanjur lulus mau pingin apa selain jadi dokter, silahkan simak podcast kali ini, semoga bermanfaat, selamat mendengarkan.

Yoo, sebelum kita mulai ke episode kedua, minggu lalu gua janji akan tambahkan data yang gua lupa di episode 1, jadi pertama kali Ujian Kompetensi Dokter Indonesia itu ditahun 2007 dan pertama kali inisiatif internship itu sudah keluar undang-undangnya di tahun 2010. Ok, that’s all. Silahkan menikmati pembahasan berikut ini.

Hai hai, balik lagi, gue dr. Hafiz, jadi gimana guys? Masih mau jadi dokter? Untuk adek-adek yang lagi berjuang untuk mencari atau menentukan pilihan untuk kuliah dimana, atau yang udah  menentukan “ udah deh gua pingin jadi dokter nih”, bentar lagi UTBK-SBMPTN dibuka, sebaiknya gimana? Beberapa saran dari gue adalah pertama fokus ke universitas yang paling dekat dengan kalian, entah paling dekat dengan cita-cita paling dekat dalam artian lokasi. Mengapa? Karena toh kalau kalian juga lulus ga akan ditanya juga sih kalian lulusan mana.  Seperti yang gua ceritakan di episode yang lalu negara ini masih butuh dokter. Jumlahnya masih belum cukup  dengan target minimal 1000 populasi ada 1 dokter. Jadi sebenarnya ya, kalian punya pilihan untuk kuliah dimanapun yang kalian mau dan kalian mampu. Ditambah lagi, kalau teman-teman lihat, ntar bisa searching di google, di jurnal-jurnal ilmiah bahkan dituliskan bahwa “angka dropout mahasiswa kedokteran yang paling rendah dibandingkan dengan mahasiswa yang di jurusan lain”. Percaya ngga percaya, bahkan di Amerika sekali pun yang pendidikannya cukup panjang karena sebelum seseorang harus daftar Premed harus sudah punya gelar sarjana dulu atau minimal sudah diploma, di UK juga bahkan angka dropout nya hanya dibawah 2%, dan yang gua rasakan pengalaman di angkatan gua pun sekitar 241 yang di DO ngga nyampe 5-6 orang, dan paling banyak DO di tahun pertama karena di tahun pertama teman-teman bisa menentukan apakah jurusan ini cocok buat kalian, karena udah lewat tahun-tahun pertama ya minimal di Preklinik, please deh jangan DO karena udah sayang banget ya tinggal bentar lagi lulus, minimal dalam jangka waktu 3 atau 3,5 tahun lagi kalian bisa mendapatkan gelar sarjana, dan sarjana kedokteran bisa kok dipakai untuk cari kerja walaupun tidak bisa praktek karena harus dapat gelar dokter dulu. Itu satu, jangan terlalu fokus dengan universitas atau kampus-kampus ternama yang kalian rasa “duh, gua pengen banget disini” sementara saingan kalian banyak banget. Selanjutnya, saran gua adalah pikirkan juga pilihan kedua, ketiga, keempat, dan kelima kalian, karena jalur masuk untuk mahasiswa kan ngga cuma satu, ngga cuma dengan SNMPTN/SBMPTN, setiap kampus juga punya ujian masuk dan setiap kampus juga punya jalur-jalur khusus yang lain, contoh misalnya kelas internasional yang kalian tinggal datang ke kampusnya dan kemudian tanyakan ada kursi, kalian ujian, bersedia membayar uang SPP beberapa dollar, sudah kalian lulus, ya memang peminatnya juga jarang biasanya. Jalur-jalur lain seperti ekstensi, jangan malu untuk masuk ke jalur tersebut karena menurut gue kalau kalian mampu dan orang tua kalian menyanggupkan dan kalian pengen banget ingin jadi dokter, jangan kebalik ya, orang tua kalian yang pengen banget tapi kalian ngga pengen ya ngapain buang-buang duit untuk keluar biaya ekstra untuk masuk jalur ekstensi tapi kalau kalian pengen dan orang tua kalian nyanggupin, tapi sebagai seorang anak jangan memberatkan ke orang tua juga kalau misalnya kondisi ekonomi sebenarnya ngga gitu-gitu cukup gitu ya, tapi kalau ngga ada masalah ekonomi dan kalian bisa nunggu dan sabar sudah menunggu beberapa kali untuk ujian, ngga lulus-lulus terus, ya ambil ujian ekstensi, atau jaman gue dulu di UI ada namanya kerjasama daerah dan industri, beberapa tahun setelah angkatan gue kayaknya itu difokuskan ke teman-teman yang di luar Jakarta. Nah, itu juga peminatnya lebih sedikit dibandingkan dengan ujian tulis biasa karena memang disitu calon mahasiswa harus sanggup ketika begitu lulus langsung bayar uang SPP selama 5 tahun di depan semua, dan beberapa biaya tambahan dsb. Karena, jujur ya guys, untuk menjadi seorang dokter itu mahal, bersyukurlah untuk teman-teman yang mendapatkan beasiswa, termasuk gue juga dulu ketika kuliah sama sekali ngga membayar sepersen pun karena memang dapat beasiswa. Bersyukurlah karena untuk menjadi seorang dokter itu kita harus melibatkan dosen-dosen yang mereka mengorbankan waktunya untuk ngga praktek selama beberapa jam dalam sehari untuk bisa mengajar kalian, yang kalau dihitung-hitung gaji seorang dosen itu ngga cukup.

Kemudian yang kedua, untuk kalian bisa punya buku textbook kedokteran, itu tebelnya minta ampun luar biasa, isinya semuanya ilmu semua, dan memang mahal. Dan banyak lagi lah yang lain yang diperlukan untuk bisa menjadi seorang dokter dan harus dikeluarkan oleh pihak kampus me-maintain agar kalian belajar dengan tenang dan nyaman dsb. Jadi, ya untuk kalian yang memang tidak ada masalah dengan ekonomi, ya kenapa takut untuk mengambil jalur di luar jalur ujian tulis dsb, ga usah ragu dan ga usah malu. Kalau memang kalian masih pingin banget masuki universitas yang kalian tujui itu, ingat ya fakultas kedokteran itu ada di 89 universitas, dan hampir 50 dari total berasal dari perguruan tinggi swasta bukan perguruan tinggi negeri, jangan kebalik nih teman- teman, jangan kebalik nih guys, kalian hanya berkutat untuk bersaing di 30-40 universitas negeri ternama, sementara yang lain kalian sama sekali ngga melirik lah. Mungkin hanya beberapa kampus-kampus swasta yang terkenal sudah punya nama, akreditasi yang bagus kalian baru ada berminat ke arah sana. Percaya sama gua, teman-teman yang berada di perguruan tinggi negeri dan swasta sama aja, ok! Kualitas seorang dokter, ya paham penyakit atau ngga, dia punya insting untuk diagnosis pasien atau ngga, dia punya art (seni) untuk mengobati pasien atau ngga, itu bukan berangkat dari dia lulusan yang mana, tapi ya tergantung lu belajar atau ngga, tergantung lu update ilmu atau ngga, textbook tahun ini, bulan depan bahkan tahun depan belum tentu bisa valid lagi karena ada penelitian-penelitian yang baru, perjalanan ilmu pengetahuan di kedokteran itu sangat-sangat deras, beda mungkin ya dengan ilmu-ilmu hukum, ilmu-ilmu lain dan segala macam yang kalian bisa belajar basicnya dari 10 tahun belakangan itu tidak ada bedanya, kalau dengan kedokteran bukan, semuanya berkembang. Dan tidak menutup kemungkinan juga dokter-dokter senior yang udah lama prakteknya, yang udah banyak sekali pasiennya, udah ternama dan lain sebagainya, kalah update dengan dokter-dokter yang baru 2-3 tahun lulus tapi selalu update dengan informasi yang selalu berkembang di dunia kedokteran itu. Jadi, jangan ragu untuk memasukkan list perguruan tinggi-perguruan tinggi swasta yang menurut kalian bisa dijangkau secara ekonomi, dan jangan salah biaya, kalau ngomong biaya, biaya di perguruan tinggi swasta itu kurang lebih sama dengan perguruan tinggi negeri dengan jalur-jalur khusus tadi seperti jalur ekstensi, jalur kerjasama daerah dengan industri, jalur ujian masuk yang kalian ngga bisa dapat keringanan biaya dsb, kurang lebih sama. Pasti banyak yang nanya, “bang, kenapa kok kita harus keluar duit banyak untuk menjadi dokter? kenapa sih pemerintah ngga mau biayain pendidikan kedokteran?” Pemerintah biayain pendidikannya lewat dana dari DIKTI, tapi itu ngga cukup. Percaya deh, untuk harga satu manekin aja kampus harus ngeluarin duit sekitar 50-100 juta, yang kalian bisa ngerasain benar-benar mirip seperti kalian berada saat memeriksa pasien. Susah lo nyari orang yang mau dijadikan bahan percobaan untuk kalian bisa belajar dengerin detak jantungnya, dengerin bising ususnya, buka baju nya untuk kalian lihat anatominya dsb itu susah. Ngga banyak juga, jadi ya lebih gampang kalau ada manekin kan, kalian bisa gampang akses kapan pun, kalian bisa belajar kapan pun sesuai dengan jadwal yang dikasih oleh fasilitator kalian, kalian bisa belajar, bisa ujian dengan itu, ya itu butuh biaya. Tapi kalau untuk yang dapat beasiswa jangan takut juga, kalau kalian dapat beasiswa, ya kalian dibebas tugaskan untuk membantu dalam segi biaya karena pihak kampus juga tahu kemampuan kalian membantu kampus tidak dalam segi ekonomi, tidak dalam segi finansial, tapi ya kalian belajar dengan rajin aja nanti, begitu kalian sudah sukses nanti kalian bisa berkontribusi untuk kampus, ya mudah-mudahan seperti itu.   

Eits, jangan kemana-mana dulu, gua mau cerita dikit review, ini podcast pertama gue pakai aplikasi yang sangat bagus banget, free, kalian tidak perlu mengeluarkan duit apa-apa, malah kalian bisa dapat duit dari aplikasi ini, yaitu anchor, kalian bisa download di playstore atau appstore, atau kalian bisa buka di anchor.fm , disana kalian bisa bikin podcast dari nol, yang kalian record di sana bisa atau kalian mau masukin dari yang sudah rekam sebelumnya kalian tambahkan musik segala macam, pokoknya keren deh coba, thankyou. 

Kalau kalian memang tulus ingin jadi dokter karena ingin membantu orang lain, ingin bermanfaat untuk sesama, apalagi prihatin melihat kondisi tenaga kesehatan sekarang selama pandemi ini, ingat, tenaga kesehatan ngga cuma tenaga medis doang, kalian bisa jadi yang lain, kalian bisa jadi perawat, kalian bisa jadi bidan, kalian bisa jadi laboran atau ahli laboratorium, kalian bisa jadi ahli kesehatan masyarakat, semuanya itu punya posisi di dunia kesehatan, di dunia kedokteran, jadi tidak hanya profesi dokter sebenarnya yang dibutuhkan, tapi yang lain juga. Ngga mungkin dalam rumah sakit ada 10 dokter tapi cuman ada 1 perawat, ngga jalan itu rumah sakit.

Hai semua, gua ……, lulusan ilmu keperawatan UI, dulunya gua pernah bercita-cita untuk menjadi seorang dokter, mulai dari sd, smp, sma, gua mendambakan ingin menjadi seorang dokter. Namun, gua lulusnya di ilmu keperawatan, jadi cita-cita itu hilang dengan sendirinya, dan saat ini gua sudah bekerja dan telah menjalani pekerjaan seperti sekarang dan gua tidak pernah menyesal dengan pilihan gua untuk tidak menjadi seorang dokter, karena membantu orang tidak hanya dengan menjadi seorang dokter., thankyou.

Untuk episode kali ini, saya ingin mengucapkan ungkapan belasungkawa sedalam-dalamnya atas meninggalnya dr.Miftah, sejawat kami, seorang residen di RS Sutomo Surabaya, semoga amal dan kebaikan beliau selama hidup diterima di sisi Yang Maha Kuasa, terima kasih.                  

Yoo, thankyou udah dengerin podcast ini, jangan lupa untuk ngasih saran, kritik, komen, apapun yang ingin kalian tanyakan untuk bahan gue bahas di podcast berikutnya, email ada di deskripsi dan jangan lupa untuk tetap belajar, tetap berusaha dan berdoa semoga kita menjadi dokter yang terbaik, thankyou.